MENYELAMI DUNIA DENGAN ILMU HINGGA MENEMBUS AKHERAT TANPA KEBODOHAN

ASSALAMU 'ALAIKUM

"Ahlan wa shalan, yaa akhi wa ukhti. jazakallahu khairan katsiiran (semoga Allah membalas lebih dan banyak) atas silaturrahim kalian ke blog saya yang fakir dan dhaif ini."

Selasa, 31 Mei 2011

BAHAYA GUNUNG DIENG


Sudah retak semenjak 1939. Kawah di Gunung Dieng kerap menyemburkan gas berbahaya.

VIVAnews –Gunung Dieng mulai berbahaya.  Disertai gempa berkali-kali, kawah gunung itu terus menyemburkan gas beracun.
Sehari bisa 13 kali. Warga dilarang mendekat. Harus menjauh. “Sebab itu sangat berbahaya,” kata Kepala Markas Palang Merah Indonesia, Banjarnegara, Edi Purwanto.
Hingga Senin 30 Maret 2011, Palang Merah Indonesia terus mengevakuasi warga. Mereka yang dievakuasi adalah warga Desa Sumberejo. Mereka bertahun-tahun menetap di desa sekitar gunung itu.
Dari pengamatan di lapangan, kadar C02 di kawah gunung itu naik menjadi 0,86 persen volume. Padahal batas aman kandungan Co2 itu hanya 0,5 persen.
Di gunung itu memang terdapat sejumlah kawah. Dan yang paling berbahaya adalah Kawah Timang. Kawah itu terus-terusan menyemburkan Co2. Juga gempa vulkanik. Karena itu pemerintah setempat dan PMI melarang keras warga yang mendekat ke situ.
Selain Kawah Timang itu, yang juga dipantau ketat adalah Kawah Sinila. Dan Sinila sesungguhnya sudah lama juga diawasi ketat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Sinila punya sejarah kelam. Membuat warga di sekitarnya merinding. Tahun 1979, misalnya, Sinila pernah erupsi freatik.  Sejumlah 149 warga tewas. Karena menghirup Co2 yang diambang batas. Itu sebabnya warga diminta waspada dengan kawah ini.
Data terakhir dari pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Sabtu 28 Mei 2011 lalu menunjukkan terjadi peningkatan kandungan gas CO2.
PMI hingga kini kesulitan menyediakan masker untuk warga di sekitar gunung itu. Sebab harganya mahal.”Kami menampung jika ada yang ingin memberikan bantuan,” kata Edi. Untuk sementara, masker dibagikan hanya kepada para petugas yang memantau di dekat gunung.

Sudah Retak 1939
Gunung Dieng semenjak ratusan tahun lalu sudah berbahaya. Jenis erupsinya sangat unik. Peneliti gunung berapi asal Australia, John Seach, dalam situsnya volcanolive.com menyebutkan bahwa selama beberapa abad, aktivitas vulkanik  didominasi oleh erupsi freatik.
Erupsi freaktik adalah erupsi yang disebabkan oleh pemanasan air di bawah tanah, dan aktivitas geothermal atau panas bumi seperti uap belerang. John Seach mencatat secara deteil setiap perkembangan gunung itu. Berikut beberapa catatan itu.
Tahun 2009
Tanggal 16 Januari 2009, status Dieng meningkat menjadi waspada, setelah muncul aktivitas vulkanik sehari sebelumnya. Erupsi terjadi di Kawah Sibanteng. Kawah ini menyemburkan material atau uap panas hingga 50 meter.
Tanggal 1-19 September  terjadi dua gempa vulkanik.
Tanggal 20-23 September terjadi  satu gempa vulkanik.
Tanggal 24 September 2009, terjadi satu gempa vulkanik.
Tanggal 26-27 September, muncul kembali erupsi freatik.  Kali ini di
Kawah Sileri. Erupsi berlangsung sekitar 15 detik. Letusan terdengar hingga jarak 2 kilometer dari kawah. Selama erupsi freatik, lumpur panas terlontar hingga radius 140 meter. Temperatur di kawah Sileri sendiri tetap konstan, yaitu sekitar 70 derajat Celcius.
Dalam erupsi freatik ini, status gunung tidak ditingkatkan, dan tidak ada gas beracun yang dihembuskan. Warga hanya diminta menjauh dari sekitar  Sileri, tanpa ada perintah evakuasi.

Tahun 1992
Tanggal 18 Maret 1992, gunung Dieng mengeluarkan gas beracun. Seorang warga di sekitar sungai yang berjarak 200 meter di sebelah barat kawah Sikidang, tewas di tempat.

Tahun 1979
Tanggal 20 Februari 1979, terjadi erupsi di sisi barat daya gunung. Erupsi ini disertai hembusan karbondioksida. Setidaknya 149 orang tewas. Kawah Sinila juga menyemburkan gas karbondioksida dan Hidrogen Sulfida. Sekitar 17 ribu penduduk dievakuasi dari enam desa di sekitar kawah. Banyak ikan dan ternak kemudian tewas.
Tahun 1944
Tanggal 4 Desember 1944 terjadi hujan abu dan lumpur di Desa Kepakisan. Suasana desa gelap pekat. Setidaknya 59 orang tewas, 38 luka. Warga yang hilang 55 orang.
Tahun 1939
Tanggal 13 Oktober 1939, terjadi erupsi freatik. Muncul retakan yang membentuk lereng.  Aktivitas ini terus berlangsung hingga 3 November 1939.

Warga Dieng Bersiap Mengungsi
Palang Merah Indonesia kini bersiap melakukan evakuasi terhadap warga Desa Sumberejo. Warga yang mengungsi diperkirakan lebih dari seribu orang. Selain “mengusir” warga dari kampung halaman mereka sendiri, letusan dan gas beracun itu membenamkan parawisata yang selama ini menghidupi  warga di sekitar gunung itu.
Banyak calon wisatawan membatalkan rencana kunjungan mereka ke Dieng. “Tamu memutuskan tidak jadi datang setelah ada berita tentang Dieng,” kata Dwiyono, pengelola penginapan di kawasan wisata Dieng, Desa kejajar, Wonosobo.

Padahal, ujarnya, kawasan wisata Dieng masih relatif aman karena Kawah Timbang yang saat ini mengeluarkan karbondioksida berjarak relatif jauh dari daerah wisata. Sekitar 12 kilometer. Dwiyono berharap industri pariwisata Dieng akan bergairah kembali. “Saya optimis tak lama lagi kondisi Dieng aman,” kata dia.

•(Anggi Kusumadewi, Bayu Galih, Elin Yunita Kristanti) VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar