KOLONTAR (Berita SuaraMedia) - Peristiwa jebolnya waduk seperti Situ Gintung juga terjadi di Hongaria. Bedanya waduk itu berisi logam beracun berbahaya dan menjadi bencana besar di Eropa selama kurun waktu 30 tahun terakhir.
Banjir lumpur ini telah menenggelamkan sebuah desa dan memporakporandakan isinya. Bencana itu juga menghancurkan rumah Kati Holczer. Ibu dan balitanya itu terjebak di lautan limbah beracun.
Kati Holczer harus menyelamatkan anaknya, Bence, yang berusia 3 tahun di atas sofa yang mengambang akibat lumpur.
Ia dengan susah payah menelepon suaminya Balazs yang bekerja di Austria, hanya untuk mengucapkan selamat tinggal. “Kami akan meninggal,” ujar Holczer saat dadanya dipenuhi lumpur dan ia tewas.
Para pejabat perusahaan dipersalahkan atas bencana itu dan dituntut memberikan ganti rugi dari kerusakan rumah, sawah dan hasil pekerjaan penduduk yang hancur.
Pihak berwenang telah memerintahkan penyelidikan untuk melacak penyebab kecelakaan. Sejauh ini, sekitar empat orang tewas, 120 orang luka dan tiga orang hilang.
Lumpur tersebut muncul akibat waduk yang rusak dan menyebabkan banjir di tiga desa. Banjir membawa materi yang berasal dari produk limbah produksi aluminium yang mengandung logam berat. Limbah itu berakhir di Sungai Marcal, bagian dari anak sungai Danube, sekitar 45 mil ke utara wilayah itu.
Ratusan orang telah dievakuasi. Sungai kini sudah kosong dan dipenuhi oleh lumpur. Namun, Mayor Karoly Tili mengatakan bahwa materi itu tidak mengandung radioaktif berbahaya. “Kami bisa memastikan tidak ada materi radioaktif yang perlu dikhawatirkan,” jelasnya.
Badan Penanggulangan Bencana Hongaria mengatakan bahwa teknisi mereka telah mengalihkan lumpur itu ke Sungai Marcal dan sekitarnya. Tetapi mereka tetap khawatir ada kerusakan di wilayah lain.
Para pekerja mulai melakukan penggalian lumpur dari sungai dan menggunakan plester, serta unsur asam untuk mencoba menetralkan lumpur. Pengukuran awal menunjukkan bahwa lumpur sangat alkali, dengan pH hingga 13.
Di sisi lain, Uni Eropa takut banjir beracun itu bisa berubah menjadi bencana ekologi. Mereka mendesak pihak berwenang Hongaria untuk fokus pada penanggulangan lumpur keluar dari Danube.
“Ini adalah masalah yang sangat serius,” kata juru bicara Uni Eropa Joe Hennon.
“Kita fokus tidak hanya pada lingkungan Hongaria, tetapi juga potensi kerusakan menyebar di wilayah lain.”
Serangan lumpur itu menjadi salah satu bencana besar di Eropa selama kurun waktu 20 hingga 30 tahun terakhir, kata Herwit Schuster, juru bicara LSM Greenpeace Internasional. Dua hari setelah lumpur merah itu, berbagai pihak terkait belum memberikan kesimpulan penyebab waduk buatan itu runtuh.
Lumpur merah adalah hasil dari pemurnian bauksit menjadi alumina yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan aluminium. Lumpur itu biasanya ditangani dengan menyimpan dalam kolam, di mana air akhirnya menguap dan meninggalkan tanah kering seperti tanah liat merah.
Pejabat perusahaan Hongaria yang memproduksi lumpur itu berkeras tidak menganggap limbah itu berbahaya sesuai standar Uni Eropa. Perusahaan ini juga menolak kritik atas ketidaksiapan penanggulanan bencana jika waduk rusak.
Komisi Internasional untuk Perlindungan Danau yang mengelola sungai dan anak-anak sungainya mengatakan tumpahan lumpur dapat memicu kerusakan jangka panjang bagi satwa liar dan manusia.
Lembaga itu mengingatkan ikan besar di Danube bisa menelan setiap logam berat yang berasal dari hilir. Hal itu pada akhirnya berpotensi membahayakan orang yang memakan ikan-ikan tersebut.
Alumina memang tersebar di seluruh dunia dan terkonsentrasi di Australia, Brazil dan China. Pabrik di Hongaria sendiri berada di peringkat 53 di dunia. (ar/inl/dt) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar