Badai Matahari Mencapai Bumi
Diperkirakan, akan terjadi badai matahari terbesar dalam 5 tahun terakhir.
Menurut peneliti cuaca National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Joseph Kunches, badai itu terlihat seperti aurora matahari yang kuat. "Aurora mungkin menjadi sesuatu yang menarik yang bisa kita lihat saat terjadi ledakan di matahari," kata Kunches seperti dikutip space.com, Rabu kemarin. Aurora bukan satu-satunya produk sampingan dari badai matahari.
Lidah api matahari itu melepaskan awan plasma dan partikel bermuatan listrik, yang disebut coronal mass ejection (CME), ke angkasa. Namun, CME diperkirakan tidak akan menabrak bumi secara langsung, gelombang ini diperkirakan akan menghantam planet lain.
Kunches mengatakan, CME yang melaju dengan kecepatan 4 juta mil per jam akan mencapai bumi pada Kamis pukul 07.00 pagi waktu AS (12.00 GMT). Namun, material yang terbawa badai itu baru sampai ke bumi pada 01.25 waktu AS (06.25 GMT), plus minus 7 jam.
Energi partikel itu mempengaruhi medan magnet bumi, sehingga aurora akan tampak lebih jelas pada tempat-tempat tertentu di bumi. "Orang yang mengamati langit di semua lintang harus waspada pada aurora," tulis astronom Tony Phillips pada website-nya.
Fenomena ini akan menyebabkan sejumlah gejala di bumi. Lidah api matahari yang kuat dan CME yang dihasilkan dapat menimbulkan badai geomagnetik dan radiasi matahari.
"CME dapat mengakibatkan badai geomagnetik yang parah, menimbulkan aurora di lintang rendah, dengan kemungkinan gangguan pada komunikasi radio pada frekuensi tinggi, sistem penentuan posisi global (GPS), dan jaringan listrik," kata ilmuwan NASA dalam sebuah pernyataan dikutip space.com.
Geomagnetik dan badai radiasi matahari terkadang juga mengganggu komunikasi dan jaringan listrik di Bumi. Satelit di ruang angkasa juga bisa terganggu fenomena itu.
"Ada potensi arus induksi di jaringan listrik," kata Kunches. "Operator jaringan listrik semuanya telah diberi tahu. Fenomena ini bisa menyebabkan arus induksi tidak diinginkan." Tak hanya itu, fenomena ini juga bisa menyebabkan gangguan komunikasi pada pesawat yang terbang di atas kutub.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar