MENYELAMI DUNIA DENGAN ILMU HINGGA MENEMBUS AKHERAT TANPA KEBODOHAN

ASSALAMU 'ALAIKUM

"Ahlan wa shalan, yaa akhi wa ukhti. jazakallahu khairan katsiiran (semoga Allah membalas lebih dan banyak) atas silaturrahim kalian ke blog saya yang fakir dan dhaif ini."

Sabtu, 21 Januari 2012

BOCAH NEPAL TITISAN DEWA GANESA

Dia akan menjalani perannya hingga ia cukup dewasa untuk menaiki sebuah kereta perang.

(Desy Afrianti)
Sambeg Shakya, bocah titisan Dewa Ganesa (REUTERS/ Navesh Chitrakar)

VIVAnews - Seorang bocah Nepal berusia 6 tahun bernama Sambeg Shakya ditahbiskan oleh para pendeta setempat sebagai titisan Dewa Ganesa.
Karena kehormatan ini, Sambeg harus rela meluangkan waktunya untuk berperan sebagai sang dewa dalam sejumlah ritual dan festival keagamaan di Nepal.
Sambeg akan menjalani perannya hingga ia cukup dewasa untuk menaiki sebuah kereta perang yang ditarik manusia. Setelah itu, ia mesti kembali ke kehidupan nyata.

Ganesa adalah salah satu dewa yang dikenal sebagai dewa pengetahuan dan kecerdasan. Karena dikenal sebagai dewa pengetahun, Ganesa menjadi simbol dari salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, yaitu ITB. Selain itu, Ganesa juga dipercaya sebagai Dewa Pelindung, Dewa Penolak Bala atau Bencana dan Dewa Kebijaksanaan.

Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India termasuk Nepal, Tibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar.
Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa). Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa memedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat Jaina, Buddha, dan di luar India.
• VIVAnews



 Sambeg Shakya melambaikan tangan kepada ayahnya di gerbang sekolahnya di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 


 Sambeg Shakya bersiap memerankan seorang dewa pada festival Indra Jatra di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 


 Sambeg Shakya duduk di atas takhta di dekat patung Dewa Ganesa selama ritual menjelang festival Indra Jatra di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 


 Sambeg Shakya duduk bersama bibinya Sumitra Shakya di rumahnya di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar      


 Sambeg Shakya memegang uang 20 rupee selama menjalani perannya sebagai Dewa Ganesa saat festival Indra Jatra di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 


 Sambeg Shakya mengerjakan tugas sekolah di rumahnya di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 



Sambeg Shakya menari di rumahnya saat festival Indra Jatra di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 

 Sambeg Shakya terlihat di antara rekan-rekan sekolahnya di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar  



Sambeg Shakya bermain dengan teman-teman sekolahnya di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 


 Sambeg Shakya duduk di atas takhta di rumahnya selama ritual menjelang festival Indra Jatra di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 





Sambeg Shakya berpose dengan ibunya Sanu Maiya Shakya, bibi Sumitra Shakya (dua dari kiri) dan neneknya di Kathmandu, Nepal, 16 September 2011. Foto: REUTERS/ Navesh Chitrakar 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar