Perlunya Mewaspadai Dosa Dosa Pengguncang Hati
HAMPIR sebagian besar dari kita, mengenal dosa dan maksiat hanyalah hasil perbuatan anggota tubuh. Perbuatan panca indra. Maksiat tangan dan kaki, mata dan telinga, lidah dan hidung, dan sebagainya. Pada intinya tidak jauh-jauh dengan syahwat perut dan kemaluan.
Pernahkah kita berfikir bahwa ada dosa dan maksiat yang sumbernya dari hati atau ‘qalb’. Yang tak nampak oleh mata, tak terdengar di telinga, tak tersentuh dengan tangan, tak tercium melalui hidung dan tak terasa di lidah.
Maksiat Anggota Tubuh
Mata bermaksiat melihat aurat. Telinga bermaksiat mendengar keburukan lisan, yang menurut Imam Ghazali mempunyai hampir 20 varian. Dusta, menggunjing, menggosip, mengejek, sumpah janji palsu, bicara yang tidak perlu, menfitnah, bersaksi palsu, meratap, memaki, melecehkan, dan lainnya.
Tangan bermaksiat dengan menindas, memukul tanpa hak, membunuh, bekerja sama dengan musuh Allah, menulis yang tidak seharusnya ditulis. Kaki bermaksiat dengan berjalan ke tempat yang diharamkan, menziarahi orang zalim, safar dalam kezaliman. Kemaluan bermaksiat dengan berzina, melakukan amalan kaum Luth, mendatangi perempuan dari tempat yang dilarang.
Perut bermaksiat dengan minum khamr (alkohol), memakan hasil riba, hasil judi, menjual sesuatu yang diharamkan, menyembunyikan barang di pasaran dengan harapan harga menjadi naik, menerima suap, dan lain sebagainya dari memakan harta orang lain dengan batil dan zalim.
Maksiat Yang Membinasakan
Sekali lagi dosa-dosa diatas masih masuk kategori dosa yang nampak dari hasil perbuatan anggota tubuh. Padahal, setiap muslim diperintahkan untuk menjauhi dosa yang nampak ataupun tidak. Allah SWT berfirman:
وذروا ظاهر الإثم وباطنه إن الذين يكسبون الإثم سيجزون بما كانوا يقترفون
Artinya: "Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan." (Al-An’Am ayat 120)
Sebenarnya, maksiat batin itu lebih dahsyat bahayanya dari maksiat zahir sebagaimana ketaatan hati itu lebih penting daripada ketaatan anggota badan. Bukankah, amalan anggota tubuh tidak akan diterima tanpa amalan hati yaitu niat yang ikhlas?
Maksiat hati itu; sombong, takabur, bangga diri, riya, cinta dunia, cinta harta, hasud, dengki, amarah, dan lain sebagainya yang dinamakan Imam Ghazali dengan “penghancur” sesuai dengan bunyi hadis:
ثلاث مهلكات: شح مطاع، وهوى متبع، وإعجاب المرء بنفسه
"Tiga muhlikat (penghancur) adalah: sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan takjub terhadap diri sendiri."
Dosa Hati Lebih Berbahaya
Dosa hati lebih berbahaya dibandingkan yang lainnya, karena:
Pertama, ia langsung berkaitan dengan hati. Qalbu adalah hakekat manusia itu sendiri. Manusia bukanlah sekedar makhluk terbungkus jasmani yang terbuat dari tanah. Hanya makan dan minum tetapi ia menyimpan satu mutiara yaitu ruh, yaitu kalbu, yaitu hati. Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW bersabda:
ألا إن في الجسد مضغة، إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله؛ ألا وهي القلب
"Ketahuilah, bahwa di dalam jasad ada segumpal darah. Jika ia baik, maka akan baik seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka akan rusak seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati."
إن الله لا ينظر إلى أجسامكم وصوركم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan bentuk kalian, tetapi Ia melihat pada hati dan amal perbuatan kalian."
Bahkan satu-satunya jalan untuk sukses di kehidupan akhirat, adalah selamatnya hati dari penyakit yang membinasakannya. Allah SWT berfirman:
ولا تخزني يوم يبعثون يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم
"dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy-Syu’ara ayat 87-89)
Selamatnya hati yakni selamat dari kemusyrikan yang nampak ataupun yang tersembunyi. Selamat dari kemunafikan besar maupun kecil. Selamat dari rasa sombong, hasud, iri dengki dan lain sebagainya.
Ibnu Qoyyim berkata: “selamat dari lima perkara: dari syirik yang bertentangan tauhid, dari bid’ah yang melawan sunnah, dari syahwat yang melawan perintah, dari kelalaian yang melupakan zikir, dan dari hawa nafsu yang menghancurkan keikhlasan”.
Kedua, maksiat hati lebih bahaya karena ia langsung mengarahkan anggota tubuh yang lain untuk melakukannya.
Kufur misalnya, kadang kala didorong oleh rasa hasud didalam hati. Seperti yang terjadi pada kaum yahudi. Firman Allah:
ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفارا حسدا من عند أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق
"Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (QS. Baqarah ayat: 109)
Ia juga mendorong kepada kesombongan seperti yang terjadi pada diri Fir’aun dan pendukungnya:
وجحدوا بها واستيقنتها أنفسهم ظلما وعلوا فانظر كيف كان عاقبة المفسدين
"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan." (QS. An-Naml: ayat 14)
Demikian pula hasud dan iri dengki dalam hati bahkan bisa membuat pelakunya tega menghabisi nyawa orang lain seperti yang terjadi pada kisah Habil dan Qabil:
إذ قربا قربانا فتقبل من أحدهما ولم يتقبل من الآخر قال لأقتلنك قال إنما يتقبل الله من المتقين
"Ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maidah: ayat 27)
Ketiga, pada kebiasaanya, dosa dan maksiat yang zahir sebabnya adalah lemahnya iman dan sifat alpa sehingga pelakunya mudah untuk segera melakukan taubat. Berbeda dengan dosa akibat hati yang rusak.
Dosa yang dilakukan Adam as dan Hawa karena lalai dan termakan tipuan Iblis yang merayu untuk memakan buah khuldi yang dilarang. Oleh itu, mereka berdua segera menyadari kesalahan dan cepat-cepat meminta ampun pada Allah swt.
قالا ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
"Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS: Al-A’raf ayat 23)
Akibatnya, Allah swt dengan mudah memaafkan dan menerima taubat mereka:
فتلقى آدم من ربه كلمات فتاب عليه إنه هو التواب الرحيم
"Keduanya berkata: Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah ayat 37)
Ini berbeda dengan Iblis. Dosa yang dilakukannya adalah dosa hati, yaitu abai pada perintah Allah dan menyombongkan dirinya.
قال يا إبليس ما منعك أن تسجد لما خلقت بيدي أستكبرت أم كنت من العالين قال أنا خير منه خلقتني من نار وخلقته من طين
"Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?." (QS. Shad ayat 75-76)
Oleh itu, balasan bagi Iblis adalah:
قال فاخرج منها فإنك رجيم وإن عليك اللعنة إلى يوم الدين
"Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." (QS. Shad ayat 77-78)
Keempat, ganjaran bagi pelaku maksiat hati lebih dahsyat daripada pelaku maksiat anggota tubuh.
Rasulullah saw bersabda:
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun seberat biji zarrah."
Demikian pula Nabi SAW mengatakan “jangan marah” sebanyak tiga kali kepada sahabat yang meminta wasiat kepada beliau.
Salahuddin El Ayyubi. Bekerja di IPB (Institut Pertanian Bogor), dulu sekolah di Universiti Kebangsaan Malaysia
Rep: Administrator
Red: Cholis Akba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar